Berbagai penyebab insomnia yang tidak Anda duga

Banyak dari kita bisa mengingat saat rencana tidur nyenyak kita sesekali berubah jadi begadang di tengah malam ketika terjerat dengan stres rutinitas. Tetapi, ada sejumlah penyebab lain dari insomnia. Pelajari apa yang menyebabkan Anda terbangun di tengah malah sehingga Anda akhirnya bisa mendapatkan tidur yang Anda butuhkan.

Berikut adalah beberapa alasan yang mungkin tidak Anda sadari sebelumnya:

1. Anda punya jadwal tidur yang berbeda di hari kerja dan akhir minggu
Tubuh Anda membutuhkan konsistensi. Jika Anda menjaga jadwal tidur yang sama selama hari kerja, namun terbiasa pergi tidur lebih larut selama akhir pekan, jangan harap untuk dapat terlelap tepat waktu mengikuti jadwal tidur di hari biasa saat Minggu malam. Kebiasaan ini dijuluki sebagai “social jet lag” oleh para ahli, karena Anda secara efektif memaksa tubuh Anda untuk beralih antara dua zona waktu yang berbeda setiap minggu.

2. Anda tidur terlalu cepat
Dilansir dari Reader’s Digest, sembilan puluh persen dari penderita insomnia tidur terlalu cepat dari jadwal biasanya. Walaupun kedengarannya tidak efektif, tapi terjaga sedikit lebih lama akan mengirimkan sinyal kepada sistem homeostatik tubuh bahwa Anda memerlukan lebih banyak tidur. Jadi, saat Anda benar-benar tidur, Anda akan terlelap lebih cepat.

Dalam terapi perilaku kognitif (CBT), dokter seringnya akan memulai dari waktu bangun pagi Anda, kemudian menghitung mundur dalam 6-7 jam ke belakang. Misalnya, Anda bangun pagi pukul 05.30, artinya waktu tidur Anda sekitar pukul 11:30. Membatasi waktu tidur Anda mengirimkan pesan kepada tubuh Anda bahwa Anda lebih aktif dan membutuhkan tidur ketika Anda mencobanya.

3. Anda tidak punya rutinitas menjelang tidur
Seringnya, begitu Anda merasa lelah setelah beraktivitas seharian, Anda cenderung untuk langsung tertidur begitu saja tanpa persiapan apapun untuk menabung lebih banyak waktu tidur. Yang tidak kita sadari, rutinitas kecil menjelang tidur ternyata bermanfaat untuk mempersiapkan tubuh beristirahat.

Satu jam sebelum waktu tidur, habiskan 20 menit pertama untuk menyelesaikan utang ‘PR’ yang harus dikerjakan (misalnya, membalas email kantor, menyiapkan pakaian untuk esok hari) dan 20 menit setelahnya untuk menyiapkan Anda tidur (cuci muka, gosok gigi, ganti baju tidur). Untuk 20 menit terakhir, lakukan satu hal yang dapat menenangkan tubuh dan pikiran, misalnya yoga ringan, meditasi, atau membaca buku sambil ditemani segelas susu hangat. Setelah 60 menit usai, matikan lampu dan pergi tidur.

4. Terlalu banyak minum kopi seharian
Bukan lagi rahasia jika kafein membuat Anda terjaga, tetapi banyak orang yang keliru berpikir bahwa stimulan tidak memiliki pengaruh apapun bagi mereka. Sebenarnya, kafein memiliki paruh usia hingga 8-10 jam (artinya setengah ‘porsi’ kafein dari gelas kopi terakhir Anda masih tertinggal dalam sistem tubuh Anda dalam 8-10 jam setelahnya), sehingga minum terlalu banyak kopi di penghujung hari mungkin secara tidak sengaja menghambat nyenyak tidur Anda. Terlebih lagi, metabolisme tubuh terhadap kafein akan semakin melambat seiring usia. Tubuh Anda tidak dapat memproses kafein seefisien pada usia 20-an awal, maka jumlah kafein yang sama yang pada awalnya tidak membawa pengaruh apapun bagi tubuh Anda, kini mulai menampakkan efek sebenarnya.

5. Beranjak dari tempat tidur saat terbangun di tengah malam
Saat Anda terbangun di malam hari, sebaiknya tetap berada di tempat tidur dan jangan beranjak pergi. Jika Anda merasa santai dan tenang, tidak apa untuk sekadar berbaring sejenak menunggu untuk tertidur kembali. Anda bisa menyiasatinya dengan mencoba menghitung mundur dari 100 untuk memicu rasa ngantuk, dibandingkan harus bangkit dari tempat tidur merasa frustrasi, yang pada akhirnya hanya akan menyegarkan tubuh Anda.

6. Terlalu gelisah di tengah malam
Jika Anda terbangun di tengah tidur merasa cemas dan dipenuhi oleh ratusan pikiran yang berjalan bolak-balik dalam bayangan Anda, lebih baik bangkit dari tempat tidur. Tapi, yang paling menentukan seberapa baiknya Anda beristirahat adalah apa yang Anda lakukan setelahnya. Jauhi hal-hal yang membangkitkan stimulasi tubuh, misalnya memeriksa email atau nge-tweet mengeluhkan insomnia Anda. Pilih aktivitas yang Anda sukai misalnya merajut atau meneruskan membaca novel seru favorit Anda, untuk membantu meminimalisir kecemasan yang sering dirasakan oleh penderita insomnia.

7. Sibuk bermain gadget sebelum tidur
Masih ingat tentang tips membuat satu rutinitas sederhana sebelum tidur? Nah, untuk tidur nyenyak yang Anda impi-impikan selama ini, jangan masukkan bermain hape atau laptop ke dalam rutinitas tidur Anda. Memang nonton tv sebentar sebelum tidur dinilai banyak membantu bagi sebagian orang, namun aktivitas yang melibatkan interaksi — membalas email, main FB, nge-tweet, atau sekadar chatting sebelum tidur — akan mencegah otak Anda dari beristirahat dan dapat memicu gejala insomnia.

8. Terlalu khawatir tak punya banyak waktu untuk tidur
Jika sebelum tidur Anda terus memperhatikan jarum jam yang berjalan, Anda akan segera menghitung berapa lama lagi waktu yang Anda miliki sampai Anda harus bangun pagi. Hal ini akan membuat Anda tambah cemas dan gelisah, sekaligus meningkatkan produksi adrenalin dan kortisol, hormon yang membuat Anda waspada dan akan mengganggu tidur nyenyak Anda.

9. Merasa harus tidur 8 jam penuh
Orang dewasa pada umumnya tidak membutuhkan dan tidak mendapatkan delapan jam waktu tidur setiap malam.

Beberapa orang butuh tidur malam selama sembilan jam, namun tidak mendapatkannya karena merasa terlalu lama, sementara beberapa lainnya termasuk orang yang dapat tidur selama enam jam saja, tapi merasa tidak cukup. Jika Anda bisa terbangun di pagi hari tanpa alarm dan tidak merasa lesu kemudian, Anda mungkin sudah menjalani jumlah tidur yang tepat untuk Anda.

10. Menderita nyeri kronis
Setiap kondisi yang membuat Anda terperangkap dalam ketidaknyamanan dapat menganggu nyenyaknya tidur Anda. Arthritis, nyeri pinggang atau punggung, gangguan asam lambung, fibromyalgia, dan banyak nyeri kronis lainnya dapat membuat Anda terjaga di malam hari. Terlebih lagi, kehilangan jumlah tidur dapat membuat rasa sakit semakin memburuk.

11. Pengaruh obat-obatan
Berbagai obat yang digunakan untuk mengatasi bermacam-macam kondisi, mulai dari tekanan darah tinggi, pilek dan flu biasa, hingga asma dapat menyebabkan insomnia sebagai efek sampingnya. Bahkan jika Anda sudah membatasi konsumsi kopi di siang hari supaya tidak menganggu tidur malam Anda, beberapa obat-obatan dapat mengandung kafein atau zat stimulan lainnya, Beragam obat dikenal sebagai pengganggu kualitas tidur, mulai dari menghambat tidur REM, memblokir produksi melatonin, merusak kadar alami enzim atau jalur lain dalam tubuh. Untungnya, banyak alternatif obat yang menimbulkan sedikit gangguan untuk tidur Anda, maka bicarakanlah dengan dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan tertentu dan mengeluh kesulitan tidur.

12. Kondisi kesehatan mental
Masalah kesehatan mental yang mendasari sering dapat mempengaruhi pola tidur seseorang, misalnya gangguan kecemasan klinis atau depresi yang dapat menyebabkan kekhawatiran dan kecemasan berlebih yang dengan konsisten mengganggu tidur Anda. Berita buruknya, jika Anda memiliki gangguan kecemasan, mengkhawatirkan pola tidur dapat semakin menyulitkan Anda untuk tidur nyenyak. Selain itu, beberapa orang yang memiliki depresi mungkin juga akan tidur terlalu banyak.

Bberapa kondisi kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tidur, termasuk gangguan bipolar, PTSD, gangguan kepanikan, dan skizofrenia.

13. Alergi
Dilansir dari Huffington Post, mata memerah dan gatal serta hidung mampet tersumbat dapat mengganggu kualitas tidur seseorang secara konsisten. Bahkan sekitar 59 persen orang yang memiliki alergi pernapasan melaporkan mengalami gangguan tidur akibat gejala yang timbul. Sebuah studi tahun 2006 menunjukkanbahwa gangguan tidur dan alergi mungkin memiliki keterlibatan, karena orang-orang yang memiliki alergi lebih mungkin dua kali lipat menderita gangguan tidur, seperti insomnia. Para ahli mengatakan bahwa ketaatan pada aturan tentang kebersihan tidur yang baik (kamar tidur yang gelap, dingin, dan tenang, juga menjauhi elektronik dari kamar tidur) dan trik pengentasan gejala alergi (mandi sebelum tidur, mengganti seprai dan sarung bantal rutin) adalah kunci dari tidur nyenyak dengan alergi.

14. Sindrom kaki gelisah (restless legs syndrome)
Sindrom kaki gelisah, alias RLS, menyebabkan sensasi tidak nyaman di kaki yang bisa sangat menyulitkan sehingga mencegah penderitanya untuk jatuh terlelap. Bahkan ketika kondisi ini sudah ditangani, keluhan sulit tidur malam masih tetap berlanjut. Penyebab potensial dari kondisi ini kemungkinan karena tingkat abnormal tinggi dari neurotransmitter yang terlibat dalam peningkatan gairah, disebuut glutamat, pada penderita RLS.

15. Cacingan
Infeksi cacing kremi adalah jenis infeksi yang sangat umum, di mana cacing kremi kecil akan menyerang usus dan berkembang biak di dalamnya. Kebanyakan orang tidak mengalami komplikasi serius dari kondisi ini. Pada kasus langka, cacingan terkadang dapat menyebabkan infeksi saluran kandung kemih pada wanita. Cacing kremi juga dapat berjalan dari anus ke vagina, mempengaruhi rahim, saluran tuba fallopi, dan organ panggul lainnya. Vaginitis, endometris (peradangan dinding rahim), atau infeksi lainnya juga dapat timbul sebagai akibat. Sejumlah besar cacing dalam usus juga dapat menyebabkan sakit perut. Akibat dari nyeri kronis dan ketidaknyamanan ini, seseorang dapat mengalami insomnia.

pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia?

Selain menjalani pengobatan yang direkomendasikan dokter, Anda juga perlu melakukan perubahan gaya hidup agar kualitas tidur jadi lebih baik. Berikut gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi insomnia, meliputi:

Olahraga rutin
Olahraga menyehatkan tubuh Anda secara menyeluruh. Aktivitas fisik ini membuat Anda lebih waspada, mempercepat metabolisme, dan mengurangi stres. Anda bisa melakukan olahraga secara rutin, yaitu 30 menit sebanyak 5 kali seminggu.

Disarankan untuk melakukan olahraga di pagi hari supaya sinar matahari bisa menormalkan kembali jam biologis tubuh. Sebaliknya, Anda harus menghindari olahraga di malam hari, yaitu tepatnya kurang dari 3 jam menjelang waktu tidur. Ini bisa menyebabkan metabolisme, suhu tubuh, dan energi meningkat sehingga Anda jadi sulit untuk tidur.

Hindari kafein dan alkohol
Kafein memang menjadi andalan untuk mengatasi kantuk. Makanan atau minuman yang mengandung kafein jika diminum tidak pada waktu yang tepat, misalnya kurang dari 4 jam menjelang waktu tidur bisa menyebabkan insomnia.

Begitu juga dengan alkohol. Minuman ini bisa membuat Anda terus buang air kecil di tengah malam sehingga Anda jadi tidak tidur dengan nyenyak. Jika Anda sedang mengalami insomnia atau tidak ingin mengalaminya, hindari dua jenis minuman ini

Hindari makan malam
Jam makan malam tidak boleh mendekati waktu tidur Anda. Selain menyebabkan berat badan naik karena kalori yang Anda dapat tidak digunakan secara maksimal untuk beraktivitas, perut juga akan terasa kenyang. Akibatnya, Anda akan kesulitan untuk tidur karena perut terasa penuh.

Kebiasaan buruk ini juga bisa memicu naiknya asam lambung. Tidur sehabis makan menyebabkan asam yang diproduksi lambung untuk mencerna makan naik ke kerongkongan sehingga menimbulkan heartburn dan terus bersendawa.

Jadi, atur kembali jam makan malam Anda. Setidaknya 3 atau 4 jam sebelum tidur. Selain itu, perhatikan porsi dan jenis makanannya. Jika Anda memilih makanan yang pedas dalam porsi cukup banyak, malam hari atau esok harinya Anda kemungkinan besar akan mengalami masalah pencernaan, misalnya perut mulas.

Tidur siang sebentar
Tidur siang membantu Anda mengatasi kantuk di siang hari. Layaknya mengisi baterai, tidur siang bisa membuat Anda kembali berenergi dan lebih fokus melakukan pekerjaan. Sayangnya, banyak orang yang kebablasan tidur siang.

Baiknya, tidur siang dilakukan tidak lebih dari 20 menit. Jika Anda tidur dari berjam-jam, Anda akan semakin mengantuk. Selain itu, sakit kepala juga bisa terjadi. Karena sudah puas tidur, mata Anda akan terjaga hingga larut dan sulit untuk memulai tidur. Inilah alasannya kenapa Anda sebaiknya tidur siang sebentar.

Cegah stres
Stres, cemas, dan takut membuat otak Anda menjadi aktif. Hal ini terjadi karena pikiran Anda tersita untuk memikirkan masalah dan kemungkinan buruk yang akan terjadi. Akibatnya, Anda akan kesulitan untuk memejam mata.

Ada banyak hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah sekaligus mengatasi stres. Mulai dari hal yang paling mudah, yaitu terapi refleksi, meluangkan waktu untuk diri sendiri, atau melakukan konsultasi dengan dokter atau psikolog.

Perbaiki kebiasaan tidur
Untuk memperbaiki kualitas tidur Anda yang rusak akibat insomnia, Anda perlu memperbaiki kebiasaan tidur. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan, meliputi:

Buat jadwal waktu bangun dan tidur yang sama secara rutin
Tidak bermain gadget atau nonton tv menjelang tidur
Pastikan Anda membersihkan tubuh sekaligus buang air kecil sebelum tidur
Jangan lupa matikan lampu sebagai sinyal pada tubuh bahwa waktu sudah malam dan Anda perlu tidur
Buat diri Anda nyaman dengan kebersihan kamar, posisi bantal, dan suhu kamar yang tepat

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk insomnia?

Penyebab insomnia sangat beragam, sehingga pengobatannya pun harus disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Pengobatan yang biasanya dijalani pada orang yang insomnia, meliputi:

Pemberian obat
Jika cara ini tidak membantu, dokter dapat merekomendasikan obat untuk membantu Anda lebih relaks dan tidur. Anda dapat diresepkan pil tidur seperti zolpidem (Ambien), eszopiclone (Lunesta), zaleplon (Sonata), melatonin, atau Ramelteon (Rozerem) untuk membantu Anda tidur.

Namun, obat-obatan tidur yang dianggap sebagai pilihan terakhir, sehingga Anda perlu memastikan mana obat yang dapat digunakan jangka pendek dan mana yang dapat digunakan untuk waktu yang lama.

Dokter juga dapat memberikan obat tidur non-resep. Obat ini mengandung antihistamin yang dapat membuat Anda mengantuk tetapi juga dapat menyebabkan efek samping. Selain obat untuk membantu tidur, Anda akan diberi obat untuk mengelola penyakit medis lain yang mendasarinya.

Terapi perilaku kognitif
Selain minum obat, insomnia juga dapat dikelola dengan menjalani terapi. Ada beberapa terapi yang direkomendasikan untuk mengatasi gangguan tidur ini, misalnya:

Terapi relaksasi. Terapi ini membantu pasien untuk menenangkan pikiran dan mengendurkan otot-otot tubuh yang menegang sehingga dapat mendorong seseorang untuk tidur. Teknik relaksasi yang dilakukan biasanya adalah latihan pernapasan, latihan untuk memusatkan perhatian, serta teknik meditasi.
Terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi CBT dilakukan untuk membantu pasien mengatasi kecemasan, stres, dan ketakutan yang sering membuat mereka susah tidur. Selain itu, terapi ini juga bisa membantu pasien untuk membiasakan diri menerapkan kebiasaan tidur yang baik.

Komplikasi Insomnia

Tidur memiliki banyak keistimewaan bagi tubuh, mulai dari kesehatan fisik hingga psikis. Insomnia yang dibiarkan tanpa penanganan dan berlangsung lama, bisa menimbulkan berbagai masalah lainnya. Mulai dari menurunkan produktivitas dan konsentrasi, gangguan kesehatan mental, hingga memperburuk penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Siapa yang Harus Ditemui dan Jenis Pengobatan yang Tersedia

Jika Anda mengalami gangguan dalam tidur, terutama jika hal tersebut mengganggu kegiatan Anda sehari-hari atau gangguan tersebut berlangsung selama sebih dari satu bulan, maka sebaiknya Anda berkonsultasi dengan praktisi kesehatan atau dokter umum. Anda akan diperiksa secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan terhadap riwayat kesehatan dan tes pada fisik Anda. Anda juga akan ditanya perihal riwayat tidur Anda, dan mungkin akan diminta untuk membuat buku harian tidur, yang berisi tentang rincian dari pola tidur Anda. Sebagai tambahan, Anda juga mungkin akan diminta untuk melalui sebuah tes tidur, yang dikenal dengan nama polisomnografi, untuk memonitor kegiatan otak ketika Anda tidur.

Tujuan dari penanganan insomnia adalah untuk mengenali dan mengobati penyebab dari gangguan tersebut. Pengobatan yang berhasil biasanya melibatkan gabungan dari obat/farmakologi serta penggunaan teknik perilaku. Membiasakan diri untuk tidur yang sesuai sangat penting dalam penanganan insomnia, baik itu secara primer maupun sekunder. Kebiasaan ini meliputi menghindari nikotin, kafein dan alkohol, serta tidak tidur di siang hari dan makan makanan ringan sebelum tidur. Mengendalikan lingkungan tidur dengan meminimalkan cahaya terang pada malam hari dan menghilangkan gangguan seperti menonton televisi juga sebaiknya dilakukan.

Terapi perilaku dengan latihan bersantai/relaksasi juga sedikit banyak membantu. Jika Anda didiagnosa terkena insomnia, maka Anda akan dirujuk untuk menemui ahli tidur atau psikiater untuk pemeriksaan lebih lanjut. Mereka mungkin akan memberikan beberapa obat-obatan, seperti antihistamin, pil tidur atau benzodiazepin, untuk membantu Anda tertidur. Obat-obatan tersebut biasanya diberikan dalam dosis kecil untuk dikonsumsi selama jangka pendek, terutama bagi para pasien berusia lanjut. Beberapa kelompok dan pusat khusus untuk tidur, seperti National Sleep Foundation, juga menyediakan aneka informasi, petunjuk cepat, dan bantuan seputar tidur.

Durasi tidur dan kematian

Sebuah survei dari 1,1 juta penduduk di Amerika yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan orang-orang yang tidur kurang dari 6 jam atau lebih dari 8 jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian sebesar 15%. Insomnia kronis – tidur kurang dari 3,5 jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol durasi tidur dan insomnia, penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan peningkatan angka kematian.

Pengobatan Insomnia Terkini

Pengobatan insomnia tergantung kepada penyebab dan beratnya insomnia.

Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena bertambahnya usia, biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan tersebut adalah normal.

Penderita insomnia hendaknya tetap tenang dan santai beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.

Jika penyebabnya adalah stres emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah depresi, diberikan obat anti-depresi.

Jika gangguan tidur berhubungan dengan aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat tidur untuk sementara waktu. Alternatif lain untuk mengatasi insomnia tanpa obat-obatan adalah dengan terapi hipnosis atau hipnoterapi.

Penyebab Insomnia Apa saja

Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan.

Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan.

Kadang seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.

Dengan bertambahnya usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, dimana stadium 4 menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium lebih banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa mereka tidak cukup tidur.

Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali.

Kadang mereka tidur dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur. Terbangun pada dini hari, pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi.

Orang yang pola tidurnya terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur.

Hal ini sering terjadi sebagai akibat dari:

Jet lag (terutama jika bepergian dari timur ke barat).
Bekerja pada malam hari.
Sering berubah-ubah jam kerja.
Penggunaan alkohol yang berlebihan.
Efek samping obat (kadang-kadang).
Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke, penyakit Alzheimer).

Insomnia Definisi & Pengertian

Insomnia, juga dikenal sebagai sulit tidur, adalah gangguan tidur di mana orang sulit tidur.[2] Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur, atau tetap tertidur selama yang diinginkan.[3][4] Insomnia biasanya diikuti oleh kantuk di siang hari, energi rendah, lekas marah, dan suasana hati yang depresi.[2] Ini dapat mengakibatkan peningkatan risiko tabrakan kendaraan bermotor, serta masalah fokus dalam belajar.[2] Insomnia bisa bersifat jangka pendek, berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu, atau jangka panjang, berlangsung lebih dari sebulan.[2] Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun.

Insomnia dapat terjadi tanpa ada keterlibatan dari masalah lain.[5] Keadaan yang dapat mengakibatkan insomnia termasuk stres psikologis, nyeri kronis, gagal jantung, hipertiroidisme, mulas, sindrom kaki gelisah, menopause, obat-obatan tertentu, dan obat-obatan seperti kafein, nikotin, dan alkohol.[5][6] Faktor risiko lain termasuk shift malam dan apnea tidur.[3] Diagnosis didasarkan pada kebiasaan tidur dan pemeriksaan untuk mencari penyebab yang mendasarinya.[7] Sebuah studi tidur dapat dilakukan untuk mencari gangguan tidur yang mendasarinya.[7] Diagnosis dapat dilakukan dengan dua pertanyaan: “apakah Anda mengalami kesulitan tidur?” dan “apakah Anda kesulitan tidur atau tetap tidur?”[3]

Kebersihan tidur dan perubahan gaya hidup biasanya merupakan pengobatan pertama untuk insomnia.[8][9] Kebersihan tidur termasuk waktu tidur yang konsisten, paparan sinar matahari, ruangan yang tenang dan gelap, dan olahraga teratur.[9] Terapi perilaku kognitif dapat ditambahkan untuk ini.[10][11] Walaupun obat tidur dapat membantu, mereka berhubungan dengan cedera, demensia, dan kecanduan.[8][10] Obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk lebih dari empat atau lima minggu.[10] Efektivitas dan keamanan obat alternatif tidak jelas.[8][10]

Antara 10% dan 30% orang dewasa menderita insomnia pada titik waktu tertentu dan hingga setengahnya mengalami insomnia pada tahun tertentu.[6][3][12] Sekitar 6% orang mengalami insomnia bukan karena masalah lain dan berlangsung selama lebih dari sebulan.[3] Orang yang berusia di atas 65 tahun lebih sering terkena daripada orang yang lebih muda.[9] Wanita lebih sering terkena daripada pria.[6] Deskripsi menunjukkan bahwa insomnia telah terjadi sejak Yunani kuno.[13]

Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif.[14] Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.

Banyak penderita insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.

Faktor Risiko Insomnia

Walaupun tiap orang dapat mengalami insomnia, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Di antaranya adalah:

Berjenis kelamin wanita. Perubahan hormon selama menstruasi dan dalam masa menopause dapat mengganggu pola tidur. Selain itu, insomnia juga dapat terjadi pada masa kehamilan.
Usia di atas 60 tahun. Kondisi kesehatan dan pola tidur berubah seiring usia, dan meningkatkan risiko insomnia.
Kondisi medis. Risiko insomnia semakin besar pada seseorang dengan gangguan kesehatan, baik fisik maupun mental.
Perubahan jadwal aktivitas. Faktor ini dapat mengganggu pola tidur, misalnya karena pergantian jadwal dalam bekerja.
Stres. Stres ringan dapat menyebabkan insomnia sementara. Semakin berat dan lama stres yang dirasakan, risiko terjadinya insomnia kronis akan makin tinggi.